The Story of Raisa
Cinta pertama
Raisa
Pagi itu,Minggu
24 Oktober 2000
Sebuah sedan
putih dan Pick up pengangkut barang berhenti didepan Rumah putih yang telah
lama kosong, tepat disamping Rumah Raisa. Klackson mobil berbunyi dan barang –
barang diatas pick up mulai diturunkan. Raisa berhenti mengayuh sepeda kecilnya
karena melihat sebuah keluarga baru yang sedang sibuk memasukkan barang –
barangnya kedalam Rumah.
Seorang anak
lelaki berumur 9 Tahun keluar dari mobil sedan putih itu, ia melihat
pemandangan sekeliling yang masih asing, termasuk Raisa , mereka saling menatap
sangat lama, Raisa tersenyum pada bocah lelaki itu namun bocah itu hanya diam
menatapnya.
“ Naldo ayo masuk
!! “ seorang anak lelaki yang 5 tahun lebih tua menarik bocah itu menyuruhnya
masuk.
Raisa mengayuh
sepedanya dengan kencang dan menaruhnya begitu saja begitu sampai dipekarangan
Rumah, wajah sumringah dan perasaan bahagia terlihat dari paras gadis kecil
berkepang dua itu
“ Ayah ! Bunda
!.... Raisa punya teman baru !! “
Raisa mengetahui
bocah lelaki itu bernama Naldo , Gadis berambut pirang yang selalu dikuncir dua
itu memanggil semua teman – temannya diarea komplek kerumah Naldo dan mengajak
bocah itu bermain bersama, minggu demi minggu berlalu taman bermain selalu
ramai hingga sore hari, Raisa , Naldo dan teman – temannya selalu bermain
bersama setiap pulang sekolah
Hingga pada hari
itu , Langit mendung dan hujan mulai turun dengan deras, sebuah Mobil baru saja
tiba didepan Rumah Keluarga naldo, Dokter Nadien buru – buru masuk kedalam
Rumah.
Tubuh mungil
raisa dibungkus handuk dan dipeluk oleh Kak Rendy, kakaknya Naldo, Tante Meri
mamanya naldo ingin menggantikan baju Raisa namun gadis kecil itu enggan, ia
tak ingin berada jauh- jauh dari kamar Naldo.
Wajah Raisa
nampak Pucat, dan ia tak dapat mengatakan sepatah katapun, ia merasa bersalah
terlalu memaksa sahabat kecilnya itu bermain hingga Naldo mimisan dan jatuh
pingsan.
“ Raisa jangan
cemas, bukan salah Raisa kok “
Kak Rendy
menenangkan sambil mengelus pundak Raisa. Raisa hanya tertunduk, ia ingin
menangis namun air matanya tak dapat jatuh, Raisa tak mencemaskan kesalahannya,
ia mencemaskan kondisi Naldo.
3 hari sudah
Raisa tak melihat naldo disekolah juga tak menjenguk kerumahnya, siang ini
Raisa berniat mampir kerumah Naldo setelah pulang sekolah,
Raisa mengayuh
sepedanya dengan kencang bersama teman – temannya, mereka ingin menjenguk Naldo
dengan membawakan sebuah permen Coklat kesukaan Naldo yang sering ia makan
disekolah.
Namun setibanya
mereka didepan Rumah, terlaluu banyak orang hingga mereka tak dapat masuk,juga
ada ibu Raisa disana, mereka semua menangis namun Raisa tidak mengerti, Gadis
mungil berseragam SD itu melempar sepedanya begitu saja dihalaman Rumah Naldo
dan berlari menuju Ibunya.
“ Bunda mengapa
menangis ? Kak Rendy Juga ... “ Raisa bertanya , ibunya memeluk dengan erat,
“ Naldo sudah
pergi nak, Raisa harus kuat ya “ ucap Bunda dengan lirih.
“ Tapi pergi
kemana Bun ...? “ Raisa masih tak mengerti, diruang tengah sosok tubuh bocah
lelaki yang nampak pucat telah bersih dan rapih dibungkus kain kafan dan
diselimuti sarung bermotif batik coklat, Raisa baru melihat pemandangan seperti
ini pertama kalinya. Banyak orang – orang duduk disekelilingnya membacakan ayat
– ayat Al Qur’an.
Raisa teringat
sosok bocah yang tak banyak bicara itu, pendiam saat disekolah dan sulit
bergaul dengan teman – teman sebayanya. Namun selalu usil mengganggu Raisa saat
mereka hanya bermain berdua.
Raisa ikut masuk
kedalam Mobil saat semua telah siap mengantar Naldo keperistirahatan terakhir ,
Kak Rendy memeluk tubuh Raisa sangat erat dan memangkunya. Semua menangis, Ayah
,Bunda , Kak Rendy, papa dan mamanya Naldo hingga mata mereka bengkak dan
merah,
Raisa menatap
pemandangan sekeliling dengan sangat asing seperti saat pertama kali Naldo tiba
dirumah Barunya.
Pemakaman telah
usai, malamnya hujan turun dengan deras dan Raisa tidak dapat tidur dengan
nyenyak hingga berhari – hari hingga ia menemukan sebuah coklat yang ingin ia
berikan untuk Naldo dalam tas sekolahnya.
Raisa memeluk
coklat itu dengan erat hingga ia tertidur dengan pulas.
Comments
Post a Comment