Pelangi Sehabis Hujan
Entah mengapa Dunia
serasa tak lucu lagi. Semakin Mia Dewasa ia menjadi sadar bahwa hidup seperti
sebuah drama.
Impian masa kecil yang
selalu disimpan dengan penuh keyakinan kini hanya menjadi angan – angan semu
yang hanya jadi pelipur lara .
Mia mengusap air matanya
dan siap – siap berangkat kerja dengan Skuter kesayangan. Rute yang ia tempuh
sekitar 30 menit melewati area Persawahan lalu masuk kearea Perusahaan kelapa
sawit tempat ia bekerja yang jalannya masih tanah liat. Untung semalam tidak
hujan dan pagi ini cuaca sangat cerah sehingga jalan masuk menuju perusahaan
tidak hancur seperti saat sedang turun hujan.
Mia sempat melamun
sepanjang jalan memikirkan pertengkaran Orang tuanya yang tak kunjung usai. Mereka
seperti kaset rusak yang sebentar baik namun tiba – tiba sendat dan menimbulkan
suara yang memekakkan telinga. Gilang sangat beruntung punya Orang tua yang
dapat dijadikan panutan dan mendukung setiap keinginannya , Mia merasa sangat
iri pada sahabatnya itu.
Sepulang kerja Gilang
memanggil Mia ke Rumahnya. Rumah Gilang sangatlah besar, Ayahnya adalah orang
terpandang di Desa ini dan Mia merasa sangat kagum pada kemurahan hati keluarga
Gilang , mereka sengaja tak memberi Pagar pada Rumah mereka agar para tetangga
tidak merasa sungkan untuk bertamu ataupun sekedar duduk – duduk dihalaman
Rumah Gilang yang besar. Sore ini nampak anak – anak kecil bermain sepeda di
depan Rumah bercat kuning itu
Mia Memarkirkan motornya
didepan Warung Bu Laras . Ibunya Gilang
“ Sore Bu... “ Sapa Mia
sambil tersenyum pada Ibu – ibu yang sedang duduk didepan warung
“ Sore Mba Mia.... “
jawab mereka dengan ramah. Mia pamit sambil berlalu pergi menghampiri Gilang
yang sedang menyiram tanaman di halaman . Gilang pura – pura tak melihat Mia
dan langsung menyemprotkan air dari selang ketika Gadis itu mendekat kearahnya.
“ Huahahaaha...” Gilang
tertawa hingga suaranya terdengar sampai ke warung . raut wajahnya nampak
bahagia melihat Mia basah kuyup.
“ sekalian mandi Bu...
kan udah sore “ Mia hanya diam dan langsung duduk diteras sambil memeras ujung
seragam kerjanya yang basah. Gilang langsung berhenti tertawa, ia sadar
temannya sedang tidak ingin bercanda.
“ lagi BeTe ya.. ? biasanya langsung nari – nari India gitu
kalau disiram air. Hehehe.... “ Gilang mencoba mencairkan suasana namun Raut
wajah sahabat didepannya itu tak berubah. Cowok itu akhirnya masuk kedalam dan
kembali dengan membawa sekotak J-CO kesukaan Mia. Senyum Gadis itu langsung
merekah.
“ Huuuu... Dasar
Ndesoooo, jarang ke Kotaa.. baru juga liat yang beginian udah bahagia aja “
Ledek Gilang pada Mia namun Gadis itu tak peduli . ia lalu pergi begitu saja
meninggalkan Gilang dan hanya pamit pada Bu Laras serta Ibu – ibu yang masih
duduk diwarung.
Malam terasa sangat lama
saat Mia berada di Rumah. Ia ingin cepat – cepat tidur agar tidak mendengarkan
suara Ayah dan Ibunya yang kembali bertengkar. Ia menggendong adiknya yang baru
berusia 4 tahun dan membawanya masuk ke Kamar lalu mengunci pintu rapat –
rapat. Hujan turun dengan derasnya membuat Mia merasa sangat bersyukur atas
Rahmat Allah Swt yang turun malam ini, Rahmat yang menurunkan air dari langit
untuk menyuburkan Bumi serta bunyinya yang membantu meredam suara pertengkaran
di Rumah ini. Mia tidur dengan nyenyak meski besok Pagi ia harus berjuang
melewati jalan akses tempat kerjanya yang pasti rusak parah.
Tak hanya jalan yang
Rusak , Hujan deras yang masih mengguyur hingga Pagi ini membuat Banjir di Desa
dan Sawah yang ada disekitarnya . Mia dan teman – teman kerja yang lain
terpaksa menunggu jemputan dari kantor karena motor mereka tak dapat melewati
tanjakan . Mereka duduk direrumputan bersama para supir DT yang menunggu
giliran lewat.
Nampak sebuah Truk dideretan paling depan sedang berjuang
untuk melintasi tanjakan hingga suara mesinnya meraung – raung dan knalpotnya
mengepulkan asap . namun tanahnya terlalu licin hingga akhirnya DT itu merosot
ke bawah .
untung sang supir lihai mengendalikan DT agar tak menimpa
Mobil lain yang ada dibawahnya. DT itu terguling – guling kesamping hingga
masuk ke jurang menimbulkan dentuman yang sangat keras . kepulan asap keluar
menyelimuti DT itu.
“ Mas Gilang !! “ teriak
salah satu supir yang berlari dibawah hujan deras menuju Truk yang terguling
tadi. Mereka berusaha membantu Gilang keluar dari dalam Truk . Mia yang
mendengar nama itu langsung ikut turun kebawah Jurang.
“ jangan turun Mba Mia..
nanti Jatuh !! “ Kata Pak Anwar yang seorang Kontraktor di tempat Mia bekerja
“ gak apa – apa Pak
tenang aja....!! “ Kata Mia tetap melanjutkan langkahnya dengan hati – hati.
Hujan telah reda
menyisakan rintik – rintik dan sinar matahari mulai terang . Mia masih
terbungkus jas hujan berwarna ungu kesayangannya yang penuh dengan tanah. Gadis
itu duduk di atas Rerumputan sambil menghela nafas panjang.
Supir – supir menyaksikan
Jonder menarik DT mereka satu persatu melewati tanjakan licin .
Gilang duduk disamping
Mia sambil melilitkan Kain pada tangannya yang luka. Seluruh tubuh dan
Pakaiannya penuh dengan tanah namun Cowok itu tetap terlihat tampan hingga Mia tak
sadar menatapnya cukup lama tanpa berkedip.
“ Halo Mba... Any Body’s
here ? “ kata Gilang dengan lembut sambil melambaikan telapak tangannya didepan
Mia
Gadis itu terkaget dan
tersadar dari lamunannya.
“ Any Mas.. Alias Ene’ (
ada ).. “ ujar Mia , Gilang tertawa mendengarnya. Mia memandang Gilang dari
ujung kepala hingga kaki.
“ aku heran , kok kamu
bisa ada disini sih ... sok bawa DT segala ? Guling – gulingkan akhirnya... “
ujar Gadis itu. Gilang pura – pura tak mendengar sambil mengikat kain penglilit
lukanya dengan mulut hingga membuat Mia kesal karena merasa dicuekin.
“ sini aku bantu ! “ kata
Mia dengan ketus seraya menurunkan tangan Gilang dari mulutnya untuk mengikat
sang Kain.
“ Pak Sidiq izin gak masuk sehari karena mau nemanin
Istrinya melahirkan . jadi aku bantu gantikan dia bawa DT hari ini
Niatnya sih mau
bantu orang tapi jadinya malah begini... apessss “
Keluh Cowok itu yang awalnya bermaksud untuk membantu
salah seorang anak buah sang Ayah namun malah merusak Kendaraan sendiri. Mia kembali
menghela nafas sambil geleng – geleng kepala mendengarnya namun diam – diam gadis
itu merasa salut pada sahabatnya yang Berjiwa besar .
“ Makanya jangan Sok “ Ledek Mia
“ daripada aku molor di Rumah mikirin kamu.... ? “ Balas
Gilang sambil menatap wajah Mia dengan serius
“ mending mikirin aku !!! “ Balas Mia lagi mereka berdua
tertawa berbarengan .
Wajah Mia kembali berseri tak seperti kemarin.
“ Lihat deh Mi... “ kata Gilang pada Mia sambil menunjuk
keatas langit. Nampak sebuah Pelangi yang sangat indah menjuntai panjang ke
Bumi.
“ SubhanAllah... “
Mia berdecak kagum sambil memuji kebesaran Tuhan.
“ Tuhan memberikan ujian karena menyimpan sebuah hadiah
yang besar untuk kita seperti awan hitam yang melahirkan hujan lalu
menghadirkan Pelangi sesudahnya “ Gilang menuturkan kalimat penuh makna yang
menguatkan hati Mia untuk tetap yakin dengan Impiannya yang akan hadir seperti pelangi sehabis hujan.
_Selesai_
Note : Cerpen ini untuk siapapun
yang lagi merasa putus asa dengan ujian hidupnya agar terus yakin suatu saat nanti
hadiah terbesar akan hadir seperti Pelangi yang muncul sehabis Hujan
Kritik dan saran dari Pembaca sangat dibutuhkan semoga kisah selanjutnya lebih baik lagi . terimakasih :)
Comments
Post a Comment